Meskipun berpuasa di bulan Ramadhan, umat Islam tetap dianjurkan untuk berolahraga, sehingga stamina tetap terjaga.
Kepala pelayanan kesehatan Islamic Medical Servieces (IMS), dr Juni Cahyati mengatakan bahwa waktu yang tepat untuk olahraga adalah setelah shalat tarawih atau menjelang tidur.
“Saat mau tidur disarankan atau malam setelah tarawih disempatkan buat olahrga misalnya treadmill atau loncat tali, jalan tempat, angkat beban, atau apa aja. Pokoknya olahrga kira2 15-20 menit,” ujar dr Juni saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (24/5).
Dengan berolahraga setelah shalat tarawih, kata dia, timbunan makanan yang dikonsumsi saat berbuka puasa akan terbakar, sehingga nantinya bisa tidur dengan lebih nyenyak.
“Kenapa? Supaya nanti timbunan yang terlalu banyak kita makan itu terbakar. Jadi, kita tidur dalam keadaan yang gulanya sudah terbakar Jadi tidak ada yang ditimbun menjadi lemak baru,” ucapnya.
Menurut dia, dengan berolahraga setelah shalat tarawih biasanya kelenjar di otak juga akan memproduksi hormon yang namanya endorfin. Menurut dia, hormon tersebut merupakan hormon yang baik karena bisa memberikan efek perasaan puas dan bahagia.
“Jadi kita malah akan bersyukur lebih banyak dan kita lebih rendah hati. Dan yang paling penting tidur kita akan lebih nyenyak dan lebih berkualitas,” kata dr Juni.
“Jadi nanti walau tidurnya kurang atau sedikit, tapi hormon endorfin membantu kita lebih happy dan lebih berkualistas tidurnya, waktu kita sahur akan lebih fresh dan tetap bergembira dan lebih bersyukur,” imbuhnya.
Pedagang TakjilBalai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Ambon mengimbau pedagang takjil memenuhi standar kebersihan, antara lain dengan menutup makanan buka puasa itu dengan plastik.
“Pengawasan yang kita lakukan saat uji sampel takjil ternyata masih banyak pedagang yang belum menutup jualan dengan plastik, atau menyiapkan etalase untuk menyajikan makanan, tetapi makanan dijual secara terbuka,” kata Kepala BPOM Ambon, Hariani, Rabu Kemarin.
Ia mengatakan, makanan yang dijual tidak hanya bebas dari bahan berbahaya seperti Rhodamin B, Boraks dan methanill yellow, tetapi juga dari sisi kebersihannya.
Pihaknya berharap para pedagang dapat menaati aturan yang berlaku yakni menjual makanan dengan mengutamakan faktor kebersihan.
“Kami terus berupaya agar para pedagang tidak lagi menjual makanan dalam kondisi terbuka,di tepi jalan. Tetapi bagaimana makanan tersebut harus dilindungi agar tidak terkena kotoran,” ujarnya.
Hariani mengakui, jelang Ramadhan petugas BPOM telah melakukan sosialisasi ke para penjual takjil yakni bagaimana tidak menggunakan bahan pewarna, pemanis buatan, yang terpenting adalah faktor kebersihan.
“Fokus kami adalah pembinaan karena para pedagang ini hanya menjual, bukan dia yang membuat. Jadi kami akan mengajarkan cara penyajian makanan yang bersih agar tidak terkontaminasi bakteri,” katanya.
Dijelaskannya, takjil yang dijual mudah tercemar kuman karena cara menjualnya tidak tertutup sehingga debu dan kuman dengan mudah mencemari.
“Kita berharap kedepan para pedagang tidak lagi menjual takjil secara terbuka, tetapi minimal ditutup plastik transparan dan terutama saat mengambil makanan menggunakan sarung tangan plastik,” tandasnya.
Ia menambahkan, pihaknya akan terus melakukan pengawasan agar para pedagang kedepan lebih memperhatikan standar kebersihan.
“Fokus kami adalah pembinaan karena para pedagang ini hanya menjual, bukan dia yang membuat. Jadi kami akan mengajarkan cara penyajian makanan yang bersih agar tidak terkontaminasi bakteri .” kata Hariani.
Sumber: republika.co.id